Bingkai

Petualangan Slideshow: Helga’s trip from Jakarta, Java, Indonesia to 7 cities Surabaya, Malang, Madurai, Mataram, Semarang, Banyuwangi and Banten was created by TripAdvisor. See another India slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.

Thursday, March 31, 2005

Kegelisahan

Ada yang hilang dari raut wajah orang tua itu. Rambutnya yang mulai memutih terlihat melambai terkena terpaan angin yang begitu keras melewati jembatan penyeberangan. Tatapannya kosong. Ia seakan tak peduli terhadap setiap orang yang lewat lalu lalang di depannya. Ia sepertinya kehilangan harapan. Ia jalani hidup ini dengan apa adanya. Pasrah terhadap keadaan. Duduk menunggu rejeki dari tangan-tangan orang bijak yang merasa kasihan kepadanya.

Ia seorang wanita yang berumur kira-kira 50 tahun. Aku teringat kepada orang tuaku dan juga orang tua orang lain. Aku merogoh uang lima ribuan yang ada di kantong dan aku kasihkan kepada wanita tua itu. Kenapa ia ada di sini dan kemana anak-anaknya. Kenapa ia dibiarkan mengemis. Apa ini kesalahan kita semua? kenapa harus ada orang mengemis? Kasihan dalam kondisi seperti ini masih ada orang yang melarat.

sebaiknya kita saling membantu dan mengentas kemiskinan. Bukan dengan cara menaikkan BBM. Akibat kenaikan BBM banyak sekali orang yang tambah melarat. Bukan seperti slogan pemerintah dengan menaikkan BBM maka akan ada mengalihan subsidi kepada orang miskin dan nantinya orang miskin akan berkuran.

Realitanya orang miskin bertambah banyak.

Namun kalau dipikir bisa juga logika pemerintah itu, kenaikan BBM akan berdampak kepada berkurangnya orang miskin.
BBM naik maka harga tarif angkutan juga naik, akibatnya banyak orang miskin yang tak mampu naik angkutan umum karena tarifnya naik. Lalu orang miskin jalan kaki. Karena banyak orang miskin yang jalan kaki maka banyak juga yang ditabrak oleh mobil angkutan yang ngebut karena mengejar setoran. Orang miskin banyak mati. jadi berkuranglah orang miskin.

BBM naik maka tarif puskesmas juga naik. Akibatnya banyak orang miskin yang nggak bisa berobat ke puskesmas dan akhirnya mati. Berkuranglah orang miskin.

Monday, February 28, 2005

Melacak Leluhur Sumenep




Kejayaan Puspo Diwongso

Puspo Diwongso yang memiliki nama daging R. Abdus Sukur memiliki tiga saudara laki-laki dan seorang perempuan. Semuanya tinggal dan dibesarkan di Sumenep dibawah pengaruh pendidikan keraton Sumenep. Lima bersaudara ini hidup rukun dan damai. Kerukunan itu terlihat dari intensitas silahturahmi yang masih terus dijaga hingga saat ini oleh anak cucu lima bersaudara itu.

Urutan saudara Puspo Diwongso :
1. Saniya (Perempuan)
2. Puspo Wijoyo dengan nama daging R.Samsudin (Laki-laki)
3. Puspo Truno dengan nama daging R.Abdus Samad (laki-laki)
4. Puspo Diwongso dengan nama daging R.Abdus Sukur (Laki-laki)
5. Wongso Truno dengan nama daging R. Abdurrazak (laki-laki)

Profil singkat Puspo Wijoyo
Sebagai anak nomer dua laki-laki R. Samsudin memiliki tanggungjawab besar dalam ikut mendidik dan membesarkan adik-adiknya. Otaknya yang cemerlang dan suka menolong orang lain membentuk karakter kehidupan R.Samsudin sebagai sosok orangtua yang santun dan sederhana. Penampilannya yang low profile mengesankan kewibawaan yang luar biasa. Sebagai seorang penegak hukum kini bernama polisi, R.Samsudin bisa menjadi suri tauladan bagi adik-adiknya dan bagi orang lain.
Anak-anak R.Samsudin dengan Syamsuriyah diantaranya Astro Wijoyo atau Su'udin ortu Hani, Mina, Yayuk dan Jaing Satro atau Sudiyah ortu Siti, dan Sujalma, Safeudin. Beliau tinggal di rumah yang terletak di Kepanjin Sumenep.

Profil singkat Saniya
Sebagai seorang perempuan dalam keluarga besar Puspo, Saniya dikenal sebagai ibu yang baik dan sabar dalam mengasuh anak. Anak satu-satunya bernama Rana (perempuan). Selanjutnya dari rahim Rana inilah muncullah Saleh kecil yang kelak menjadi salah seorang pejabat di pemerintahan Jawa tengah. Saleh pernah menjabat sebagai Bupati kendal dan terakhir sebagai pembantu Gubernur di Jawa Tengah. anak cucu Abdus Saleh ini tinggal dibeberapa kota besar seperti di Surabaya, Semarang dan Jakarta. Saniya tinggal di Kepanjin dan terakhir pindah ke Karangduak Sumenep.

Profil singkat Puspo Truno
Sebagai anak ketiga, Puspo Truno dengan nama daging Abdus Samad lebih banyak mengabdikan hidupnya pada dunia pendidikan. Orangnya tegas , berwibawa dan suka bercanda. Itulah kelebihan Abdus Samad dimata saudara-saudaranya yang lain. Terakhir beliau menjabat sebagai kepala sekolah Dasar di Sumenep. Beliau tinggal di Bangselok Sumenep.
Anak-anak cucu Abdus Samad juga tinggal di sejumlah kota besar seperti di jakarta, surabaya. Anak-anaknya diantaranya : Sulastri (Sumenep), Abdul Gafur (Bangselok Sumenep), Kartina (Granting Surabaya, Johariyah (Bangselok), Moh. Eksan (Surabaya). salah satu cucunya tinggal di jakarta bernama Amanuddin alias Encong, pensiunan Dirjen Anggaran Depkeu (Kelapa Gading)
Salah satu cicitnya bekerja di SCTV Jakarta bernama Antok dan tinggal di perumahan Melati Mas Tangerang.

Profil singkat Puspo Diwongso
sebagai anak keempat, Puspo Diwongso dengan nama daging Abdus Sukur dikenal sebagai sosok yang mandiri dan suka membantu orang lain. Penampilannya kalem dan tidak suka banyak bicara, kendati sabar dalam menghadapi setiap persoalan namun Abdus Sukur dikenal tegas dan disiplin terhadap anak-anak dan stafnya di Kantor.
Meniti karir di pemerintah mulai dari pegawai rendahan, mantri polisi kalau sekarang sekcam dan camat Ambunten serta terakhir menjabat kepala catatan sipil Sumenep. Sebagai seorang pamongpraja, Abdus Sukur berpindah-pindah tugas. Selain di pemerintah daerah Sumenep juga pernah ditempatkan di pemerintah daerah Bondowoso Jawa Timur. karena itu diantara anak-anaknya ada yang pernah sekolah di pulau jawa dan bahkan bisa berbahasa Jawa, diantaranya Halimatussakdiyah dan Sakirah.
Abdus Sukur menikah dengan Hafiyah dan memiliki banyak anak laki-laki dan perempuan :
1. Amnatun (Kebonagung Sumenep)
2. Ahmad Bakri (Karangduak Sumenep)
3. Sutiani (Karangduak Sumenep)
4. Suryati (Pandian Sumenep)
5. Halimatussakdiyah (Pandian Sumenep)
6. Sa'irah (Bangselok Sumenep)

Tentang Bu Tun (Kebonagung Sumenep)
Amnatun menikah dengan Moh. Zain atau prawiro kusumo seorang saudagar dan orang yang taat beribadah. Dari pernikahannya itu memiliki anak : Siti Mariyam (Bangselok), Marwati (Kebonagung), Andur Rahman (Kebonagung), Siti Fatimah (gresik), Fathorrasid, Selamet, Embeng.
Cucunya diantaranya : Fusiyah seorang guru SD (Kebonagung Sumenep), Alim kerja di Lapan Bandung.

Tentang Ahmad Bakri (Karangduak Sumenep)
Ahmad bakri menikah dengan Susbandiyah dan memiliki anak : Ahman Suwandi - guru SD di Sumenep dan tinggal di Pandian, fatmawati - ibu rumah tangga dan menikah dengan Zaini - pegawai DikBUd di Sampang, Agus Tiono - karyawan PDAM Sumenep, Janurianto - wiraswasta di Sumenep dan Kartina di Kepanjin.

Tentang Sutiani (Karangduak Sumenep)
Sutiani menikah dengan Kapten TNI Abdus Samad yang pernah menjadi Danramil Dasuk dan terakhir setelah pensiun ditugaskan sebagai kepala catatan sipil Pemda Sumenep.
Anak-anaknya :
1. Samsiah yang menikah dengan Suharyono (porong sidoarjo) memiliki
Anak Diyah, Ary, Dewan.
2. Abdurrahman (Bangselok) Menikah dengan Nunung.Memiliki anak
Eva, Evi, Ari
3. Nawawi menikah dengan Elvi(Sumenep) memiliki anak Ilham, Dewi
4. Siti Halima atau Embeng
5. Subaida menikah Abdullah (Sumenep)memiliki anak Eko., Dwi
6. Johariyah menikah dengan MOh. Taher (Sumenep)
7. Moh. Saleh (cirebon)
8. Ali Wafa (Sumenep)
9. Zaini (Sumenep)

Tentang Suryati (Pandian Sumenep)
Suryati Menikah dengan Abdus Samad atau Nom Enduk seorang pegawai atau sipir penjara. Memiliki anak :
1. Moh. Sauki menikah dengan Sumarlina.
2. Saifullah, pegawai kehutanan di Kalimantan menikah dengan
Subaida.
3. Moh. Syafie menikah dengan Yuliana (Yul) memiliki anak 3
4. Syamsul Hidayat menikah dengan Tuti, kepala kantor pos kecamatan
Madiun. Memiliki 2 anak.
5. Abdullah Satar atau Dodong, Menikah dengan Mardianah. Abdullah
seorang dosen di IAIN Surabaya. Punya ada 4 (6. Siti Fatimah menikah dengan Syafiudin tinggal di Sumenep punya
anak 1.
7. Samhudi atau Udik menikah dengan Indah , pegawai kehutanan di
Malang. Memiliki dua anak.

Tentang Halimatussakdiyah (Pandian Sumenep)
Halimatussakdiyah pertama menikah dengan seorang priyayi dari jawa bernama Untung. Namun perkawinan yang membuahkan dua orang anak tak berlangsung lama karena Untung meninggal dunia karena sakit di usianya yang relatif muda. Anak dari perkawinan pertama :
1. Supriyanto menikah dengan Ida orang sunda dan sekarang tinggal
di bekasi Jawa barat. Anak-anaknya : Dimas (lk), Pita (pr),
Fredy (lk), Makrifat (lk), Aldino (lk) dan Nosel (lk)
2. Hairul Santoso atau Rullah menikah dengan Lutfiyah orang jember
dan saat ini bekerja sebagai tenaga kontrak guru TK di Sumenep.
Anak-anaknya : Indah (pr), Tila (pr), Rafi (lk).

Selanjutnya Halimatussakdiyah menikah kembali dengan seorang pemuda dari Karangduak Sumenep bernama R. Sunarto. Hidup sederhana dan tabah menerima semua keadaan adalah falsafah hidup yang dijalaninya. Sebagai seorang pegawai rendahan di Pemda Sumenep, Sunarto bisa menghidupi anak-anaknya baik Supriyanto dan Hairul Santoso. Dari hasil perkawinan keduanya lahir empat anak :
1. Insan Kamil menikah dengan Purwaningsih orang Surabaya dan kini
tinggal di Jakarta. Purwaningsih pernah bekerja di Telkom Divre
Jawa Timur. Namun karena sang suami seorang jurnalis yang
pekerjaannya harus pindah ke jakarta akhirnya Purwa meninggalkan
pekerjaannya. Kamil saat ini bekerja di salah satu TV Swasta SCTV.
Anak : Helga Agiba Nashif Kampur (pr), Raden Rafa Maheswara Putra Kampur (lk)
2. Ahmad Safari (lk) namun meninggal dalam usia 20 hari.
3. Siti Aminah (pr) meninggal saat masih dalam kandungan.
4. Ganda Pragalbo (lk) saat ini kuliah di Sumenep.

Tentang Sa'irah (Bangselok Sumenep)
Sa'irah menikah dengan R. Abdul Gafur seorang guru SD dan memiliki anak : Moh. Saleh Hadi (Sukwan PNS di Sumenep) menikah dengan Anni, Puspita Sari (Sukwan guru), Agus Suharyono (kuliah di UNIV. Madura. Sakirah dan Abdul Gafur juga dikenal sebagai sosok keluarga sederhana namun memiliki dedikasi yang tinggi dalam mendidik anak-anaknya.

Profil singkat Wongso Truno
Wongso Truno yang memiliki nama daging Abdur Razak adalah seorang kepala sekolah SD yang disiplin namun suka humor. Menikah dengan R.A Rupiyah. Mendidik anak-anaknya dengan baik dan masalah pendidikan menjadi prioritas beliau.
Anak-anaknya :
1. Bu NA (Bangselok) memiliki putri Hasanah tinggal di Sukamandi,
Rohanni menikah dengan Marzuki, Moh. Taufik (bekasi), Amin, Sri
Rahayu.
2. Bu Subaidah (Parsanga) menikah dengan MOh. Muhni. memiliki anak
Eeng , Yanto, Totok.
3. R.Sucipto (bangselok) menikah dengan Wakiah. memiliki anak
Sukristiawan, Sugianto (yanto), Suhartini (titin), adi.
4. Supeno
5. Sulaiman (batuan) menikah dengan Akidah.
6. Sugiarto (encong)
7. Bu Tek menikah dengan Budi (Kepanjin)

Friday, February 04, 2005

Helga Agiba Nashif Kampur


Namanya .....
Indah sekali ....
Namanya ....
Mengingatkanku pada seorang penguasa yang kejam bernama Hitler...
Membangunkan lamunanku pada sebuah negara bernama Jerman...
Di negera itu ada seorang perempuan bijaksana yang tinggal di sudut kota Berlin bernama Helga. Orangnya taat beribadah atau alim sesuai dengan namanya. Helga dalam bahasa Jerman berarti Alim.

Helga yang hidup di tahun 1985 adalah seorang gadis cantik yang taat terhadap orang tua serta cerdas. Gadis itu mandiri dan suka membantu orang lain. Kendati kehidupan orang tuanya cukup untuk membiayainya untuk terus sekolah namun , helga terus berjuang agar mandiri dan membiayai kuliahnya sendiri.

Agiba ....
Kata ini sebenarnya berasal dari bahasa Madura yang berarti membawa.
Memang maknanya pendek namun setiap orang akan membawa amal dan ibadahnya jika kelak mati. Yang diharapkan tentunya membawa kebahagian, keberkahan, dan keselamatan.

Nashif ...
Berasal dari bahasa Arab yang berarti suci. Bersih dari kotoran dan dosa. Tak pernah terkotori oleh amarah, oleh nafsu jahat dan oleh kekejian. Suci, tak akan tergoda oleh warna-warni kehidupan dunia yang serba menipu dan hanya menyenangkan sesaat. Menjaga kesucian seorang wanita adalah prinsipnya. Menjaga kesucian nama baik keluarga adalah tujuannya. Putih dan bersih adalah keinginannya serta menjauh dari godaan syetan.

Kampur....
Sepintas seperti bahasan India, namun kata ini sebenarnya kata hasil perkawinan antara nama orang tua. Kampur adalah Kamil dan Purwa

Dari kata-kata itu akhirnya muncul sebuah nama panjang yakni Helga Agiba Nashif Kampur. Anak itu lucu dan tersenyum seakan siap menghadapi perjuangan dunia. Senyumnya mengisyaratkan kearifan..

Thursday, February 03, 2005

Rumah Di Pinggir Sungai

Rumah itu masih tampak berdiri dengan kokoh. Walau terlihat sudah tua baik dari konstruksi dan model rumahnya sudah ketinggalan jaman, tapi rumah itu masih bisa digunakan untuk berkumpul, berdiskusi, belajar, memasak, memeriahkan keberhasilan sekaligus tempat ibadah. Memang multifungsi rumah itu.

Sudah 30 tahun rumah ini berdiri dan itulah usianya. Sementara usiaku hanya terpaut beberapa tahun dari umur rumah itu. Rumah yang terletak di pinggir sungai terate adalah rumahku yang sampai saat ini masih tetap berdiri kokoh. Tak takut ada banjir seperti yang ditakutkan oleh warga ibu kota dan kota lain di tanah air. Rumah yang dekat dengan suangai biasanya para penghuninya merasa ketakutan pada musim penghujan. Aneh, sungai yang ada di dekat rumahku itu ternyata tidak berperilaku seperti sungai-sungai lain. Dia tak pernah marah kepada warga masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai. Justru sungai terate selalu menjadi sungai yang penuh barokah. Irigasi ke sawah masih terus berjalan, sungai juga berfungsi sebagai MCK dan sungai di samping rumah juga menjadi penjaga alam yang baik karena airnya yang masih jernih memungkinkan anak-anak seumurku waktu itu bisa mandi dan belajar berenang. Indah sekali. Ikan yang saling bekejaran terlihat dari atas permukaan air. Sepanjang sungai aku melihat keindahan dan senyuman warga yang mandi di aliran sungai itu.

Rumahku sampai saat ini masih di pinggir sungai. Kedua orang tua dan saudara serta familiku juga masih tinggal di pinggir sungai. Dari sinilah aku pernah dibesarkan dan diajarkan tentang alam dan kehidupan. Sesekali aku belajar di pinggir sungai sambil melihat ikan-ikan yang sedang menari untukku. Teman-teman sekolahku juga senang bermain ke rumah dan sekedar untuk mengetahui keindahan sungai itu. Memang bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang suka berpikir liar di alam terbuka.

Kini, aku mendambakan sungai itu dan rumah yang indah itu. Tapi waktu dan pekerjaan yang memisahkanku. Aku harus ke ibukota bersama keluarga dan menjalani hidup di sini. Kadang aku rindu. Jika itu datang aku akan mengajak keluarga untuk pulang walau hanya dua hari saja.

Semoga rumah di pinggir sungai itu tetap menjadi rumah idaman bagi siapapun yang punya nostalgia disana. Aku pikir bukan hanya aku yang punya nostalgia, sedikitnya 100 teman-temanku pernah aku ajak menyaksikan keindahan sungai itu. Dan kini 100 teman-temanku itu telah pergi dan hinggap di beberapa tempat. pasti jika mereka membaca tulisan ini akan teringat dengan semua kenangan yang ada.

Mayat itu masih disitu ....


Ada Mayat di dalam Rumah

Tatapan mata anak kecil itu menuju ke arah depan namun tatapannya tampak kosong. Menerawang jauh ke angkasa dan tak berkedip sedikitpun. Kakinya duduk melingkar sambil menyandarkan tubuhnya ke tiang tembok teras rumah. Apridin, nama bocah kecil itu. Ia kini tinggal bersama kakek neneknya di sebuah desa kecil bernama Muara Dua. Desa yang terletak di Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus Lampung.
“Apridin, sudah saatnya makan!” suara seorang perempuan dari dalam rumah. Namun suara itu tak menghentikan lamunan Apridin. Sang nenekpun keluar rumah dan menghampiri cucunya yang sedang melamun.
“Cucuku, makan dulu ya.” Sapa Nuriah sambil menepuk pundak kanan cucunya. “Oh. Nenek.” Aprin terperanjat dari lamunannya.

*****
Malam itu pada akhir bulan Desember 2004 terasa dingin. Sinar bintang tak terlihat di langit sehingga suasana malam tampak gelap dan mencekam. Hanya suara jangkrik dan kodok yang terdengar dari hamparan sawah yang ada di desa Muara Dua. Lima orang pemuda tampak berjalan di kegelapan malam. Langkah mereka tampak tergesa-gesa sambil membawa senjata tajam. Kira-kira 50 meter dari rumah seorang petani di desa itu, mereka menghentikan langkahnya. Sang komandan bernama Zailani menyuruh Tulus dan Zulton berjaga-jaga di belakang rumah petani tersebut sedangkan Zailani dan Tono serta Wahyu memasuki rumah tersebut.
Suroto, sang tuan rumah mempersilahkan ketiga tamunya yang sudah dikenalnya duduk. Sebagai seorang tuan rumah yang baik Suroto menyuruh istrinya membuat kopi untuk ketiga tamunya. Malam terus beranjak larut hingga akhirnya pembicaraan sampai pada keinginan Zailani untuk menagih hutang sebesar 10 ribu rupiah kepada Suroto. Sebulan lalu Zailani menjual kayu bakar seharga 30 ribu rupiah kepada Suroto. Namun saat itu Suroto hanya membayarnya 20 ribu rupiah dan sisanya akan dibayar kemudian.
“Saya masih belum punya uang Zai, tolong jangan sekarang ya.!” Jawab Suroto dengan harap.
“Saya tidak mau tahu, pokoknya malam ini uang itu harus ada. Sampean khan sudah sering janji tapi selalu ingkar. Masak uang 10 ribu rupiah tak punya. Sampean khan petani sukses dengan 2 hektar sawah” desak Zailani sambil berdiri dari tempat duduknya. Disaat yang bersamaan Zailani memberi isyarat kepada Wahyu agar membacok Suroto. Dengan cepat Wahyu menarik belati dipinggangnya lalu membacokkannya ke tubuh Suroto. Korban sempat berlari ke dalam rumah menyelamatkan diri tapi Wahyu terus mengejarnya dan kembali membacok korban hingga tewas. Mendengar keributan di rumahnya, Supriyatin istri korban terbangun.
“Ada apa ini? Mas Suroto kenapa sampean Mas? Supriyatin memeluk tubuh suaminya yang bersimbah darah. Tangisan Supriyatin membuat panik ketiga pemuda tersebut hingga akhirnya Supriyatin juga dibunuh.
“Mampus kau.. “ kata Tono sambil menusukkan pisaunya ke tubuh Supriyatin yang sedang memeluk suaminya. Keributan di rumah itu juga didengar oleh anak korban bernama Anita yang masih berusian 8 tahun. Bocah kecil itu menangis tersedu-sedu saat melihat kedua orangtuanya tergeletak tak berdaya.
“Emak … Bapak … Anita takut “ suara Anita terdengar di keheningan malam itu. Bukan rasa kasihan dan iba yang ada di benak ketiga pemuda pembunuh tersebut melihat anak kecil tapi amarah dan kejengkelan telah merasuki jiwa mereka. Tanpa ampun mereka juga menghabisi nyawa Anita Kecil.
Selesai membantai keluarga Suroto, kelima pemuda keji tersebut meninggalkan mayat korban di dalam rumah hingga keesokan harinya seorang warga menemukan mayat korban.

***
Seorang warga desa bernama Kadir tampak berlari diantara pematang sawah. Dengan nafas terengah –engah ia berteriak memanggil warga yang lain.
“Tolong .. ada mayat di rumah Suroto. Tolong .” teriak Kadir. Teriakan Kadir telah mengundang warga desa lain mendatangi rumah Suroto.
“Minggir .. minggir kasih saya jalan” teriak Syamsul kepala desa setempat. Setelah melihat korban di rumah Suroto sang kepala desa yang bertubuh besar itu terperanjat saat mengetahui yang menjadi korban pembunuhan adalah keluarga Suroto.
“Suroto, istri dan anaknya dibunuh orang.” Kata Bahtiar seorang warga yang tinggal tak jauh dari rumah korban. “Tapi siapa ya, yang tega membunuh korban dengan sadis. Bahkan kepala mereka hampir putus” celetuk Andi warga yang lain.
“Dirampok kali”
“Tapi tak ada barang yang hilang”
“Semoga pelakunya segera tertangkap. Saya ingin tahu siapa pelakunya dan kalau bisa kita hajar beramai-ramai agar tidak mengganggu desa kita lagi”
“Benar. Tapi kita harus lapor polisi segera” kata Syamsul sang kepala desa.
Sebagian warga ada yang pergi ke rumah orang tua Supriyatin dan memberi khabar buruk itu. Nuriah dan Katmo tak kuasa menahan air mata. Apalagi Apridin bocah berusian 12 tahun itu. Apridin selamat dari maut karena malam itu ia menginap di rumah kakek dan neneknya. Namun akibat kejadian itu, ia kini menjadi yatim piatu, kehilangan kedua orangtua dan seorang adiknya. Sejak peristiwa itu, Apridin menjadi orang pendiam dan sering melamun.

**
Suroto dan Supriyatin menikah tahun 1991. ia memulai bekerja sebagai buruh tani. Karena ulet Suroto dibilang sukses didesa Muara Dua. Sawah dua hektar telah dimilikinya. Karena tak sanggup mengerjakannya sendiri Suroto mempekerjakan orang lain dengan system bagi hasil. Salah seorang pekerjanya bernama Tono yang menjadi salah satu pembunuh keluarga Suroto. Kenapa Tono ikut membunuh? Masalahnya sepele tapi Tono merasa tidak terima. Suroto dianggap sering mencaci maki dan menghardiknya karena pekerjaan Tono dinilai Suroto kurang bagus. Bibit-bibit kebencian telah dipendam Tono hingga akhirnya ia tidak bekerja lagi di tempat Suroto. Perencanaan pembunuhanpun dilakukan bersama-sama dengan Zailani yang jengkel karena hutangnya tidak dibayar oleh Suroto. Sementara tiga nama lain yakni Tulus, Wahyu dan Zulton adalah pembunuh bayaran yang dijanjikan uang oleh Zailani.
Polisi dari polsek Pulau Panggung dapat menguak pembunuhan terhadap Suroto setelah meminta keterangan sejumlah saksi. Diantara warga ada yang pernah melihat Suroto sempat perang mulut dengan Tono. Dari mulut Tono, polisi akhirnya bisa menguak misteri pembunuhan di desa Muara Dua. Tono buka mulut bahwa dia dan Zailani yang membunuh keluarga Suroto. Masalah hutang dan dendam menjadi pemicu pembunuhan tersebut.

Pantai Lombang

Di pulau Madura ada sebuah pantai yang indah dan menarik. Bagi wisatawan lokal atau mancanegara, pantai ini bisa menjadi alternatif pemandangan. Pantai Lombang itulah namanya.

Pantai ini terletak di kabupaten Sumenep atau di kabupaten paling timur di pulau madura. Pantai lombang terkenal dengan pohon cemara udang. Di pulau madura, anda hanya akan menemui cemara udang di pantai lombang. Itulah keunikannya. Sepanjang pantai terlihat pasir putih yang ditumbuhi oleh pohon cemara udang. Karena langkanya pohon ini maka banyak orang penggemar bonsai cemara udang yang membudidayakannya. Jika pohon bonsai ini jadi dan tampak bagus harganya bisa mencapai 20 juta rupiah.

Untuk menuju pantai lombang anda yang berasal dari pulau jawa tinggal naik bus jurusan sumenep dari terminal purabaya surabaya. Tiba di terminal sumenep anda tinggal menlajutkan perjalanan menuju pantai lombang dengan angkutan umum ke arah kecamatan Gapura Sumenep.

Selamat menikmati...

Tuesday, February 01, 2005

Cellep

Di kamus indonesia kita akan mendapatkan kata Dingin. "Malam ini terasa dingin". begitu kalimat yang keluar dari mulut seorang laki-laki yang sedang menggunakan jaket. Saat itu ia berada di puncak - bogor.

Dingin dalam bahasa Madura berarti "Cellep".
"Cellep rassana malam sateya" artinya Terasa dingin malam ini.

Kata Cellep sering diungkapkan oleh orang madura pada saat musim penghujan telah tiba dan pada malam hari udaranya terasa dingin.

Terkadang kata ini juga diungkapkan seorang kekasih yang sedang merayu pacarnya. Saat mereka pacaran di malam hari dan sang kekasih mendekati pasangannya sambil berkata : "Cellep rassana malam sateya ya le'." artinya "dingin sekali rasanya malam ini ya sayang" Dan sang kekasih lelaki akhirnya mendekati kekasih perempuannya. Saat mereka duduk berduan maka rasa dingin itu akan hilang.

Selamat menggunakan kata Cellep dan semoga menambah perbendaharaan kata kita tentang bahasa madura.

Friday, January 28, 2005

Oreng Rowa Betah Ngabas Pananggalan Anyar

Abas, cek betana oreng rowa manjeng e gendhung
e adha'na stasiun kareta, bada pananggalan

La epampang pananggalan anyar se kakabbi nyama arena gi' daddi tanda tanya ban kakabbi tanggale gi' nol otaba titik bai.

"Sengko' molai tahu, bila kodhu e molai ban bila kodhu e akhere." ca'na oreng rowa.

Tahun ban bulan la abid tak pernah e kaenga' bi' oreng rowa.

(puisi ini diterjemahkan dari Puisi Hasan Aspahani yang berjudul Dia Yang Betah Menatap Kalender Baru)

Lesso

Dalam kamus bahasa Indonesia, kata "Lesso" tak ditemui karena kata ini berasal dari bahasa Madura yang berarti Lelah, Capek.

Kata "lesso" sering kita dengar jika kita berada di Madura. Sebagai bahasa sehari-hari kata ini sering diungkapkan.

"Lesso mikkere tengka polana" berarti Capek saya memikirkan tingkah lakunya. "Are sateya sengko' arassa lesso tak andik ora' artinya hari ini saya lelah tak bergairah. Orang yang seharian bekerja tanpa henti sering mengungkapkan kata ini. Di sawah, di ladang, di tempat proyek bangunan, di Kantor dan di rumahpun kata ini sering dipakai.

Selamat menggunakan kata Lesso.

Wednesday, January 26, 2005

Kerrong

Semua orang pasti merasakan keinginan untuk bertemu dan berhubungan dengan orang yang dicintai atau orang yang selalu berada di dekatnya. Memang kata "Kerrong" menjadi kata yang sering dikatakan di Pulau Madura jika seseorang telah sekian lama tak bertemu dengan orang yang pernah dikenalnya. Tak sebatas kepada orang yang dicintai, kata "Kerrong" sering diungkapkan kepada kenalan atau orang yang pernah kita kenal namun telah lama tidak berjumpa.

"Sengko' kerrong abid ta' atemmo bi' ba'na" artinya saya kangen padamu karena udah lama tak bertemu. Anak-anak muda di Pulau madura sering menggunakan istilah ini kepada pacar atau orang terdekatnya. Orang tua juga sering mengungkapkan kata-kata itu kepada anak-anaknya yang tinggal jauh di kota lain. "Kerrong" akan terwujud jika orang yang mengatakannya dapat bertemu fisik dengan orang yang dirindukannya.

Namun hati-hati juga menggunakan kata "kerrong". Jika kata itu dikatakan kepada orang yang baru kita kenal maka akan berarti lain. Orang yang mendengarnya merasa risih karena kata itu bisa berarti lain - orang yang mendengar kata itu akan mengira kita sedang jatuh perhartian kepada dia -

Maka hati-hatilah dengan kata "Kerrong" sebuah bahasa madura yang memiliki makna Kangen.

Thursday, January 20, 2005

Anda Stres?

Apabila anda sedang mengalami stress,
atau tensi anda naik, atau pusing yang
berkepanjangan, atau mengalami nervous
(salah satu jenis penyakit penyimpangan
perilaku berupa uring-uringan, gelisah, takut,
dll). Jika anda takut terkena tumor, maka
sujud adalah solusinya.... Dengan sujud
akan terlepas segala penyakit nervous dan
penyakit kejiwaan lainnya. Inilah salah satu
hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr.
Muhammad Dhiyaa\'uddin Hamid, dosen
jurusan biologi dan ketua departemen
radiasi makanan di lembaga penelitian
teknologi radiasi.

Sudah lumrah bahwasannya manusia
apabila mengalami kelebihan dosis dalam
radiasi, dan hidup di lingkungan tegangan
listrik atau medan magnet, maka hal itu
akan berdampak kepada badannya, akan
bertambah kandungan elektrik di dalam
tubuhnya. Oleh karena itu, Dr. Dhiyaa\'
mengatakan bahwa sesungguhnya sujud
bisa menghilangkan zat-zat atau pun hal-hal
yang menyebabkan sakit.

Pembahasan Seputar Organ Tubuh

Dia adalah salah satu organ tubuh... dan dia
membantu manusia dalam merasakan
lingkungan sekitar, dan berinteraksi dengan
dirinya, dan itulah tambahan dalam daerah
listrik dan medan magnet yang dihasilkan
oleh tubuh menyebabkan gangguandan
merusak fungsi organ tubuh sehingga
akhirnya mengalami penyakit modern yang
disebut dengan \"perasaan sumpeg\",
kejang-kejang otot, radang tenggorokan,
mudah capek/lelah, stress ... sampai sering
lupa, migrant, dan masalah menjadi
semakin parah apabila tanpa ada usaha
untuk menghindari penyebab semua ini,
yaitu menjauhkan tubuh kita dari segala
peralatan dan tempat-tempat yang demikian.

Solusinya ???

Harus dengan mengikuti sesuatu yang
diridhai untuk mengeliminir hal itu semua, ...
yaitu dengan bersujud kepada Satu-satunya
Dzat yang Maha Esa sebagaimana kita
sudah diperintah untuk hal itu, dimana sujud
itu dimulai dengan menempelkan dahi ke
bumi (lantai). Maka di dalam sujud akan
mengalir ion-ion positif yang ada di dalam
tubuh ke bumi (sebagai tempat ion-ion
negatif). dan seterusnya sempurnalah
aktivitas penetralisiran dampak listrik dan
magnet. Lebih khusus lagi ketika sujud
dengan menggunakan 7 anggota badan
(dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua
lutut, dan kedua kaki) maka dalam posisi ini
sangat memudahkan bagi kita menetralisir
dampak listrik dan magnet.

Diketahui selama penelitian, agar semakin
sempurna proses penetralisiran dampak itu
semua, maka sujud harus menghadap ke
Makkah (Masjid Ka\'bah), yaitu aktivitas yang
kita lakukan di dalam shalat (qiblat). Sebab
Makkah adalah pusat bumi di alam
semesta. Dan penelitian semakin jelas
bahwa menghadap ke Makkah ketika sujud
adalah tempat yang paling utama untuk
menetralisir manusia dari hal-hal yang
mengganggu fikirannya dan membuat rileks.
Subhanallah, mungkin ini sejalan dgn
maksud Nabi SAW, bhw Iblis akan
menangis sekuat-kuatnya melihat org yang
memperbanyak dan memperlama
sujud...Karena dia laknatullah karena
perintah ini terlempar ke neraka!!



Friday, January 14, 2005

Selamat Datang di Tanean Lanjang

"Tanean Lanjang" adalah sebuah kata yang diadobsi dari bahasa Madura yang berarti Halaman rumah yang luas dan panjang tanpa dibatasi oleh sebuah pagar. Artinya di Tanean Lanjang berdiri puluhan rumah dari puluhan keluarga. Di Tanean Lanjang orang bisa menyampaikan segala keinginan dan aspirasinya kepada pemilik rumah yang berada di sebelah kanan dan kirinya. Kekompakan dan saling membantu adalah keseharian komunitas ini.

"Tanean Lanjang" diharapkan menjadi halaman pikiran dan ide yang bisa diakses oleh siapa saja. Kehadiran tanean lanjang bisa menjadi wadah untuk menuangkan pikiran tentang pembangunan sosial dam fisik di pulau madura. Tidak hanya itu, tanean lanjang juga diharapkan bisa menjadi isnpirasi bagi warga Madura yang memiliki kepedulian terhadap pembangunan di Pulau madura..