Rumah Di Pinggir Sungai
Rumah itu masih tampak berdiri dengan kokoh. Walau terlihat sudah tua baik dari konstruksi dan model rumahnya sudah ketinggalan jaman, tapi rumah itu masih bisa digunakan untuk berkumpul, berdiskusi, belajar, memasak, memeriahkan keberhasilan sekaligus tempat ibadah. Memang multifungsi rumah itu.
Sudah 30 tahun rumah ini berdiri dan itulah usianya. Sementara usiaku hanya terpaut beberapa tahun dari umur rumah itu. Rumah yang terletak di pinggir sungai terate adalah rumahku yang sampai saat ini masih tetap berdiri kokoh. Tak takut ada banjir seperti yang ditakutkan oleh warga ibu kota dan kota lain di tanah air. Rumah yang dekat dengan suangai biasanya para penghuninya merasa ketakutan pada musim penghujan. Aneh, sungai yang ada di dekat rumahku itu ternyata tidak berperilaku seperti sungai-sungai lain. Dia tak pernah marah kepada warga masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai. Justru sungai terate selalu menjadi sungai yang penuh barokah. Irigasi ke sawah masih terus berjalan, sungai juga berfungsi sebagai MCK dan sungai di samping rumah juga menjadi penjaga alam yang baik karena airnya yang masih jernih memungkinkan anak-anak seumurku waktu itu bisa mandi dan belajar berenang. Indah sekali. Ikan yang saling bekejaran terlihat dari atas permukaan air. Sepanjang sungai aku melihat keindahan dan senyuman warga yang mandi di aliran sungai itu.
Rumahku sampai saat ini masih di pinggir sungai. Kedua orang tua dan saudara serta familiku juga masih tinggal di pinggir sungai. Dari sinilah aku pernah dibesarkan dan diajarkan tentang alam dan kehidupan. Sesekali aku belajar di pinggir sungai sambil melihat ikan-ikan yang sedang menari untukku. Teman-teman sekolahku juga senang bermain ke rumah dan sekedar untuk mengetahui keindahan sungai itu. Memang bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang suka berpikir liar di alam terbuka.
Kini, aku mendambakan sungai itu dan rumah yang indah itu. Tapi waktu dan pekerjaan yang memisahkanku. Aku harus ke ibukota bersama keluarga dan menjalani hidup di sini. Kadang aku rindu. Jika itu datang aku akan mengajak keluarga untuk pulang walau hanya dua hari saja.
Semoga rumah di pinggir sungai itu tetap menjadi rumah idaman bagi siapapun yang punya nostalgia disana. Aku pikir bukan hanya aku yang punya nostalgia, sedikitnya 100 teman-temanku pernah aku ajak menyaksikan keindahan sungai itu. Dan kini 100 teman-temanku itu telah pergi dan hinggap di beberapa tempat. pasti jika mereka membaca tulisan ini akan teringat dengan semua kenangan yang ada.
Sudah 30 tahun rumah ini berdiri dan itulah usianya. Sementara usiaku hanya terpaut beberapa tahun dari umur rumah itu. Rumah yang terletak di pinggir sungai terate adalah rumahku yang sampai saat ini masih tetap berdiri kokoh. Tak takut ada banjir seperti yang ditakutkan oleh warga ibu kota dan kota lain di tanah air. Rumah yang dekat dengan suangai biasanya para penghuninya merasa ketakutan pada musim penghujan. Aneh, sungai yang ada di dekat rumahku itu ternyata tidak berperilaku seperti sungai-sungai lain. Dia tak pernah marah kepada warga masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai. Justru sungai terate selalu menjadi sungai yang penuh barokah. Irigasi ke sawah masih terus berjalan, sungai juga berfungsi sebagai MCK dan sungai di samping rumah juga menjadi penjaga alam yang baik karena airnya yang masih jernih memungkinkan anak-anak seumurku waktu itu bisa mandi dan belajar berenang. Indah sekali. Ikan yang saling bekejaran terlihat dari atas permukaan air. Sepanjang sungai aku melihat keindahan dan senyuman warga yang mandi di aliran sungai itu.
Rumahku sampai saat ini masih di pinggir sungai. Kedua orang tua dan saudara serta familiku juga masih tinggal di pinggir sungai. Dari sinilah aku pernah dibesarkan dan diajarkan tentang alam dan kehidupan. Sesekali aku belajar di pinggir sungai sambil melihat ikan-ikan yang sedang menari untukku. Teman-teman sekolahku juga senang bermain ke rumah dan sekedar untuk mengetahui keindahan sungai itu. Memang bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang suka berpikir liar di alam terbuka.
Kini, aku mendambakan sungai itu dan rumah yang indah itu. Tapi waktu dan pekerjaan yang memisahkanku. Aku harus ke ibukota bersama keluarga dan menjalani hidup di sini. Kadang aku rindu. Jika itu datang aku akan mengajak keluarga untuk pulang walau hanya dua hari saja.
Semoga rumah di pinggir sungai itu tetap menjadi rumah idaman bagi siapapun yang punya nostalgia disana. Aku pikir bukan hanya aku yang punya nostalgia, sedikitnya 100 teman-temanku pernah aku ajak menyaksikan keindahan sungai itu. Dan kini 100 teman-temanku itu telah pergi dan hinggap di beberapa tempat. pasti jika mereka membaca tulisan ini akan teringat dengan semua kenangan yang ada.
Comments