Menulis Cinta

Malam itu tak ada orang yang memperhatikannya. Semua orang terlihat sibuk dengan kesenangannya masing-masing. Tapi sepintas aku sempat melihat ia mencuri pandang pada seseorang yang sedang asyik minum segelas fruit tea warna hijau. Tanpa disengaja tatapan mata keduanya sempat beradu dan dalam hitungan detik terdengar suara plak .. ceng. Semua mata menoleh ke arah suara itu. Sebuah gelas yang dibawa seorang waitres terjatuh karena kaki sang waitres kesandung kaki laki-laki yang sedang duduk seorang diri.

Mungkin kejadian malam itu tak ada hubungannya dengan kehadiran wanita itu di sebuah warung minum di surabaya. Tapi bagi semua pengunjung, kejadian malam itu terasa aneh dan jarang terjadi. Ditengah kesibukan orang yang sedang bercengkrama sesama teman dan kawan, aku bisa memastikan bahwa kehadiran wanita di sudut ruangan tak ada yang menyadari. Tapi anehnya, aku sempat melihat bagaimana pelayan di warung itu melayani tamu misterius itu. Aneh tak ada percakapan tapi ada kegiatan.

Mungkin ini hanya halusinasiku saja. Aku coba menggosok-gosok kedua belah mataku namun tetap saja wanita di pojok itu masih terlihat. Kenapa aku harus memperhatikan ia yang memang tidak menjadi perhatian orang lain? Aku coba alihkan perhatian dengan memfokuskan pembicaraan kepada teman-temanku yang berada semeja. Kami mengobrol banyak hal. Mulai dari khabar masing-masing hingga pada percakapan yang memunculkan riak tawa bersama. Aneh .. wanita di sudut itu seakan mendengar dan ikut tertawa terhadap apa yang sedang kami bicarakan. Emangnya lho siapa sih kok ikut-ikutan ketawa?

Rasa penasaranku aku buang jauh-jauh.. aku kembali berbincang dengan teman-temanku. Kali ini aku coba teman-teman untuk menengok ke belakang. Mereka bilang ada apa? Ternyata mereka juga tidak melihat sesuatu kecuali dua orang yang sedang pacaran. Ngacau lho celutuk seorang teman yang mengajak aku untuk minum di Cafe ini. Itu kan orang pacaran.. ngapain kita lihat mendingan kita pacarin sendiri.. ha .. ha .. semua tertawa. Ia lebih baik kita dilihat orang daripada melihat orang lain.. ia khan .. imbuh teman lain yang gaya bicaranya jawa banget..

"Hei... bukan yang itu .. coba lihat meja sebelahnya..!" pintaku pada teman-teman. Tanpa dikomando mereka melihat ke arah belakang. "Apaan ... cuma meja dan kursi tak ada siapa-siapa?" rasa keheranan mulai terlihat di wajah mereka.

Aku berpikir mereka bercanda.. tapi setelah aku memastikan agar kembali melihat meja yang diatasnya tertera no 101, kembali mereka bertanya siapa sih yang kamu maksud. Orang tak ada siapa-siapa di meja itu.

Aku terpaksa diam dan mengamini semua teman yang melihat. Padahal aku melihat dengan jelas seorang wanita sedang duduk dan minum capucino sambil menghisap sebatang rokok. Untuk menghilangkan keherananku, aku coba untuk tidak melihat lagi.

Jam menunjukkan pukul delapan malam. Rasanya sudah berjam-jam kami minum dan makan di Cafe ini. Sebelum kami mengakhiri pertemuan kami, aku sempat melihat seorang waitres menghampiri wanita itu dan menyodorkan bill minuman. Wanita itupun membayar dan tak lupa memberi uang tips pada sang waitres.

Setelah wanita dengan kemeja putih itu akhirnya keluar cafe dan hilang diantara keramaian pengujung mall. Aku masih sempat melihat langkah wanita itu dan waitres yang lewat di sampingku aku tanya. "Mas, itu siapa?"

"Oh, dia tamu setia kami. Setiap hari jum'at ia selalu datang kemari dan minum capucino. Tempatnyapun selalu di pojok ruangan. Dia tak mau di tengah dan selalu sendiri." jawab sang waitres. "Oh.. begitu" sanggahku. "Mas kenal sama dia?" tanyaku lagi. "Tidak, tapi dia pernah memberi saya kartu nama. Ntar ya .. saya cari kartu namanya." Jawab sang waitres sambil berlalu dariku.

Tak beberapa lama kemudian, ia datang sambil menunjukkan kartu nama wanita misterius itu.. Di kartu nama berwarna putih itu tak tertulis nama. Disitu hanya tertulis alamat : Jalan Ketintang 156 surabaya 60231 - Indonesia. Di sudut kanan bawah tertulis : Committed 2 U.


Comments

Popular posts from this blog

Kerrong

Cellep

Corehan Buat Kekasih kecil :